Selasa, 06 Mei 2014

SEJARAH DAN MAKNA HARDIKNAS





Sejarah hari pendidikan nasional

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat pada tahun 1922 merubah nama menjadi Ki Hajar Dewantara, jika dituliskan dalam bahasa Jawanya menjadi Ki Hajar Dewantoro.

Ki Hajar Dewantara tokoh pelopor pendidikan di Indonesia, yang lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889 dan meninggal pada tanggal 26 April 1956 pada usia 69 tahun.

Pada tanggal 2 Mei sering diperingat sebagai Hari Pendidikan Nasional atau disingkat HARDIKNAS. Bagian dari semboyan ciptaan Tut Wuri Handayani artinya di belakang memberi dorongan yang menjadi slogan Kementrian Pendidikan Nasional Indonesia. Selain semboyan Tut Wuri Handayani, Ki Hajar Dewantara mempunyai 2 semboyan yaitu ing ngarso sung tulodo yang artinya di depan memberi teladan dan ing madya mangun karso yang artinya di tengah membangun karya.



Awal karier Ki Hajar Dewantara saat muda

Ia menamatkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di ELS (Eropa/Belanda). Kemudian ia melanjutkan ke STOVIA (SekolahDokterBumiputra), tetapi tidak sampai tamat dikarenakan sakit. Lalu ia bekerja sebagai penulis dan wawancara di beberapa surat kabar.

Namanya diabadikan sebagai salah satu nama kapal perang Indonesia yaitu KRI Ki Hajar Dewantara.

Makna hari pendidikan nasional

Peringatan hari pendidikan nasional hendaknya digunakan sebagai momentum demi memperkokoh kesadaran bangsa tentang pentingnya pendidikan yang bermutu.

Ketika seluruh rakyat Indonesia telah sadar akan hal ini, mereka akan bersatu dan berkomitmen penuh untuk membantu terciptanya pendidikan berkualitas yang nantinya memberi faedah demi kemajuan bangsa dimasa depan.

Di sekolah kami  SMKN 1 KEDAWUNG setiap tahunnya memperingati Hari Pendidikan Nasional. Yang dimana semua siswa dan guru-guru berkumpul di lapangan untuk melalukan upacara. Tujuannya untuk memperkokoh kesadaran bangsa tentang pentingnya pendidikan di Indonesia.










Jumat, 25 April 2014

Sejarah Kartini dan Bazar






Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879. Beliau wafat pada usia 25 tahun di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904.

Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.

Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu  itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A.Ngasirah  bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara  menggantikan kedudukan ayah kandung R.A.  Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.

Kartini dikenal sebagi pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Kartini ditetapkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahirnya Kartini, pada tanggal 21 April, yang untuk diperingati setiap tahunnya sebagai hari besar yang kemudian dikenal dengan sebutan Hari Kartini.







Pada hari tersebut mempunya banyak sejarah dan Kartini ada sebagai  penghormatan atas wujud perjuangan kaum perempuan, simbol gender, emansipasi wanita. Kartini ada juga sebagai pahlawan, bukan kekerasan, tetapi tetap radikal, demi memperjuangkan kebenaran yang dipercayainya.


 




Di sekolah kami SMK Negeri 1 Kedawung setiap tahunnya memperingati hari besar tersebut. Yang dimana pada hari itu semua wanita mengenakan pakaian adat atau yang disebut juga dengan Kebaya.
Selain menggunakan pakaian adat, di sekolah kami juga mengadakan bazar yang dilakukan oleh siswa kejuruan pemasaran. Bazar yang dilakukan di sekolah kami yaitu bazar yang menjual diantaranya makanan, minuman, aksesoris, dan masih banyak lagi. Dan cara mebayarnya menggunakan kupon sebagai ganti uang.